Kelahiran Muhamad SAW
Nabi Muhammad saw lahir di Makkah
pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah dalam keadaan yatim.
Penamaan tahun Gajah berkaitan
dengan peristiwa pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman yang
ingin menghancurkan Ka’bah. Namun sebelum sampai ke kota Makkah, mereka
diserang oleh pasukan burung yang membawa batu-batu kerikil panas (lihat QS
Al-Fil: 1-5).
Kelahiran Nabi Muhammad Saw
bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah
sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri
Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur
perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara.
Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Di
dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, Hubal. Mekah
kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu mencerminkan
realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad dilahirkan dalam
keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal,
pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun
Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur
kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah menyerang Kota Mekah untuk
menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April
tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-manshurfury
dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani
Hasyim, suatu kabilah yang kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini
memegang jabatan siqayah. Nabi Muhammad lahir dari keluarga
terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama Abdullah anak Abdul Muthalib,
seorang kepala suku Quraisy yang besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti
Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam
keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi
Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau
kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu.
Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah
diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian
telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima atas
kerasulan Muhammad SAW nanti.
Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81
“Dan (ingatlah), ketika Allah
mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan
kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang
membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman
kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”.
Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi
saksi (pula) bersama kamu.
Masa
Menyusui
Nabi Muhammad saw pertama kalinya
disusui oleh ibunya Aminah dan Tsuwaibatul Aslamiyah. Namun itu hanya beberapa
hari. Selanjutnya beliau disusui oleh Halimah As-Sa’diyah di perkampungan bani
Sa’ad.
Nabi Muhammad saw tinggal bersama
keluarga Halimah selama kurang lebih empat tahun. Di akhir masa pengasuhan
keluarga Halimah ini terjadi pembedahan nabi Muhammad saw.
Masa Kanak-kanak Rosullallah
Tidak lama setelah kelahirannya,
bayi Muhammad SAW diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu
Lahab, yang pernah menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari,
nabi tetep menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya.
Nabi SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari
Suku Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih
sayang, dan tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun,
nabi dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya.
Sejumlah hadis menceritakan bahwa
kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi nasib baik terus-menerus
ketika Muhammad SAW kecil hidup dibawah asuhannya. Halimah menyayangi baginda
rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh kasih saying dan cinta, namun
karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut akan terjadi hal-hal yang
tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW Kepada keluarga beliau.
Muhammad SAW kira-kira berusia enam
tahun, dimana tatkala asik bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman
beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan
tangisan menemui ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah? ibunda
beliau terharu tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas
jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW
pergi kekota tempat ayah beliau dimakamkan.
Sekembalinya dari pencarian Makan
suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan
pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu
nabi.
Sekembalinya pulang sebagai anak
yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul muthalib. Namun dua tahun
kemudian, kakeknyapun yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada
usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggung jawab pamannya abi thalib.
PadaUsia 8 tahun, seperti kebanyakan
anak muda seumurannya, nabi memelihara kambing di mekkah dan mengembalakan di
bukit dan lembah sekitarnya. Pekerjaan pengembala sekawanan domba ini cocok
bagi perangai orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda,
ketika beliau memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh
tanda-tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.
Masa
Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia
dua belas tahun, Muhammad SAW menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang
menuju Suriah, tempat kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang
dalam berbagai riwayat disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan
satu-satunya nabi dalam sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa
awal kehidupan Muhammad SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad SAW, besar bersama
kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan
pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi dan
kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau dengan
Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW
sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan
perselisihan kecil yang muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang
melakukan renovasi Ka’bah.
Mereka mempersoalkan siapa yang
paling berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Ka’bah.
Beliau membagi tugas kepada mereka
dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka
Pernikahan Nabi Muhammad Saw
Pada masa mudanya, beliau telah
menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan dari hasil usahanya .
Pada usia yang ke-25 tahun, Muhammad saw menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid, seorang janda kaya berusia 40 tahun. Pernikahan ini diawali dengan
lamaran Khadijah kepada Muhammad saw setelah melihat dan mendengar kelebihan-kelebihan
dan akhlaknya.
Isteri-isteri Rasulullah Muhammad Saw
Adapun Isteri-isteri Muhammad SAW
berjumlah 11 Orang, Yaitu :
- Khadijah binti Khuwailid
- Saudah binti Jam’ah
- Aisyah Binti Abu Bakar ra
- Hafshah binti Umar ra
- Hindun Ummu Salamah binti Abu Umayyah
- Ramlah Ummu Habibah binti Abu Sofyan
- Zainab binti jahsyin
- Zainab binti Khuzaimah
- Maimunah binti Al-Harts Al-Haliyah
- Juwairiyah binti Al-Haarits
- Sofiyah binti Huyay
Nabi Muhammad menikahi mereka semua
setelah Khadijah meninggal dunia. Dan mereka semua beliau nikahi dalam keadaan
janda, kecuali Aisyah ra.
Jika dilihat dari faktor tiap
pernikahan beliau, semuanya mempunyai hubungan yang kuat dengan dakwah dan
ajaran Islam yang dibawanya.
Dari 11 isteri Nabi SAW ini yang
wafat saat Nabi SAW masih hidup adalah 2 orang yaitu Khadijah dan Zainab binti
Khuzaimah, sedangkan isteri Nabi yang 9 orang masih hidup saat Nabi SAW Wafat.
Istri Nabi SAW yang tersebut disebut dengan Ummul Mu’minin artinya ibu
orang-orang beriman. Mereka banyak menolong penyebaran agama islam di kalangan
kaum ibu.
Nabi Muhammad SAW mempunyai 7 orang
anak, 3 laki-laki dan 4 perempuan yaitu :
- Qasim
- Abdullah
- Zainab
- Fatimah
- Ummu Kalsum
- Rukayyah
- Ibrahim
Ibu anak-anak Nabi SAW itu semuanya
dari isteri nabi Khadijah, kecuali Ibrahim, yang ibu mariyatul qibtiyyah (
seorang hamba perempuan yang dihadiahkan oleh seorang pembesar mesir kepada
Nabi SAW, anak-anak Nabi SAW tersebut Wafat pada saat Nabi SAW masih hidup,
kecuali Fatimah yang wafat beberapa bulan setelah Nabi SAW wafat.
Diriwayatkan tatkala Nabi SAW akan
wafat beliau membisikkan kepada Fatimah ra, bahwa beliau akan berpulang ke
hadirat Allah, dan mendengar itu Fatimah menangis dengan sedih, dan beberapa
saat setelah itu Nabi SAW membisikan lagi sesuatu kepada Fatimah ra, mendengar
bisikan yang kedua ini Fatimah ra tersenyum, ternyata bisikan bahwa dikabarkan
bahwa setelah Nabi SAW wafat tidak ada orang yang pertama meninggal kecuali
Fatimah ra, sungguh mulia Fatimah tersenyum walau mendengar kabar yang tentang
wafat nya diri beliau, tapi semua tertutup karena cinta yang mendalam kepada
sang ayah tercinta.
Kerasulan
Muhammad SAW
·
Awal
Kerasulan
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa
memisahkan diri dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua
Hira, beberapa kilometer di Utara Mekah..
Di gua tersebut, nabi
mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611
M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun
dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama Hira, dalam ketakutan yang luar
biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram oleh sebuah
kekuatan yang sangat besar, seolah-olah seorang malaikat telah mencengkeram
beliau dalam pelukan yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan napas
darinya. Ketika beliau berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar
perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat melakukan ini beliau bukan penyair
terdidik, bukan peramal, bukan penyair dengan seribu kalimat yang tersusun
dengan baik yang siap dibibir beliau. Ketika itu beliau protes bahwa beliau
adalah buta huruf, malaikat itu merangkulnya lagi dengan kekuatan yang begitu
rupa, hingga turunlah ayat yang pertama yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat
Al-‘Alaq :
Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan,
- Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
- Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
- Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,
- Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia merasa ketakutan karena belum
pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan turunnya wahyu yang pertama itu,
berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini,
dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu
menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai seorang nabi penerima wahyu
di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam
Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian riwayat terjadi
menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang menandai masa
awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah).
Ketika hati Muhammad SAW diliputi
kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang menghimpit, dia pulang
ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya.
Saat itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi :
“Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!!
Dan seterusnya, yaitu surat
al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang telah, dan kemudian turun sepanjang hidup
Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang berbeda-beda. Tapi pada
periode akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah turun dalam satu suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar